Cerita ini aku pernah baca dari sebuah
buku renungan anak muda “Generasi Maximal”. Ini adalah salah satu buku ajaib
yang pernah aku temui, buku yang berisi tentang kisah tokoh-tokoh dunia maupun
cerita fiktif yang inspiratif. Mungkin secara singkatnya begini:
“Faith is: Adventure in Trusting Him”
Sally masih berumur 8 tahun, dia anak yang
polos dan lugu, layaknya anak-anak pada umumnya. Suatu ketika, dia tak sengaja
mendengar pembicaraan ayah dan ibunya tentang adiknya, Georgi, yang sedang
sakit keras dan mereka telah mencoba berbagai cara agar Georgi bisa sembuh.
Hanya operasi dengan biaya yang sangat mahal, yang bisa membuatnya sembuh, tapi
sepertinya itu adalah hal mustahil, karena keluarga Sally adalah keluarga
yang kurang mampu.
Kedua orang tuanya saat itu terlihat
sangat tertekan dan putus asa. Bahkan ayah Sally sempat berbisik dengan lirih,
“hanya mujizat yang bisa menyelamatkan
nyawa Georgi..”
Seketika itu, Sally kembali ke kamar
tidurnya. Namun, apa yang dilakukannya? Ternyata sesampainya dia di kamar
tidurnya, dia mengambil celengan satu-satunya yang dia punya saat ini. Ia
mengambil semua uang receh yang ada didalamnya, dan kemudian menghitungnya
sebanyak tiga kali!
“tak boleh salah menghitung..”
pikirnya dengan polos.
Kemudian setelah itu, dia membungkus semua
uang recehnya itu dengan sapu tangannya dan kemudian dia menyelinap ke luar
rumah untuk mencari apotek terdekat.
Sally sangat sabar menunggu apoteker yang
sedang sibuk mengurusi konsumen yang lain. Terlihat apoteker itu berbicara mengenai
suatu hal yang serius dengan seorang perlente.
Sabar, dan sangat sabar.
Mungkin apoteker ini merasa bahwa dia
tidak ingin direpotkan oleh anak usia 8 tahun. Sally juga telah mencoba
berbagai hal untuk mencuri perhatian apoteker tersebut. Menggesekkan kakinya
dilantai, mondar mandir kesana kemari, berdehem beberapa kali, tapi tetap tak
ada hasilnya. Lalu dia mengambil salah satu uang receh yang ada di dalam sapu
tangannya, dan kemudian dia memukulkannya pada counter kaca.
Kali ini dia berhasil.
“Oke, apa yang kamu inginkan dariku?”
tanya apoteker itu dengan ketus karena dia merasa terganggu oleh Sally.
“Aku hendak berbicara dengan Bapak
mengenai saudaraku,” jawab Sally dengan nada suara yang tinggi. “Saudaraku
sakit dan aku ingin membeli mujizat. Ayahku berkata, ’hanya sebuah mujizat yang
bisa menyelamatkan Georgi saat ini’ maka berapakah harga sebuah mujizat?”
serunya.
“Maafkan aku,” kata apoteker itu. “Di sini
kami tidak menjual mujizat, gadis kecil. Aku tidak dapat membantumu,”
lanjutnya.
“Dengar, aku memiliki uang untuk
membayarnya. Hanya katakan saja padaku berapa harga mujizat itu,” seru si gadis
kecil itu.
Seorang parlente yang berada disampingnya membungkuk ke arah Sally dan berkata padanya, “Apa mujizat yang dibutuhkan oleh adikmu itu?”
“Aku tidak tahu,” jawab Sally. Sebutir air
mata mulai mengalir di pipinya, “Aku hanya tahu adikku sakit keras dan ibu
mengatakan bahwa dia perlu di operasi. Akan tetapi keluargaku tidak mampu
membiayainya, tetapi aku memiliki uangku sendiri.”
“Berapa uang yang kau miliki nak?” tanya
orang perlente itu.
“Satu dollar dan sebelas sen,” jawab Sally
dengan bangga. “Dan itu adalah semuanya yang kumiliki di dunia ini,” lanjutnya.
“Tentu, ini semua adalah sebuah
kebetulan,” jawab orang perlente itu sambil tersenyum. “Satu dollar sebelas sen
adalah harga yang tepat untuk menolong seorang adik.”
Ia mengambil uang Sally dengan satu
tangan, sambil tangan lain menggapai Sally sambil berkata, “Bawalah aku ke
rumahmu. Aku ingin melihat adikmu dan berjumpa dengan orang tuamu.”
Siapakah orang ini?
Ternyata orang perlente ini adalah Dr.
Carlton Amstrong, salah satu ahli bedah ternama dari Chicago dan mengkhususkan
diri dalam penyakit Georgi(ahli bedah syaraf), Dr. Carlton Armstrong
merasa tergerak oleh belas kasihan untuk membantu operasi bedah dalam
penyembuhan adik Sally. Operasi dilakukan tanpa biaya dan tak lama kemudian
Georgi pulang kembali ke rumah dan keadaannya berangsur mulai sembuh.
Ayah dan ibu Sally berbicara bahagia
tentang rangkaian peristiwa-peristiwa sehingga itu semua terjadi. “Operasi
itu,” bisik ibu. “Bagaikan mujizat. Aku sebenarnya ingin mengetahui berapa
harga biaya operasi itu yang sesungguhnya.”
Sally hanya tersenyum sendiri, karena dia
mengetahui berapa harga sebuah mujizat, satu dollar sebelas sen ditambah
iman seorang gadis kecil itu.
Sebuah kebijaksanaan bisa kita pelajari
dari kisah nyata ini. Ketulusan dan kasih akan mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu mencari jalan keluar. Si gadis kecil Sally tidak punya uang
yang cukup, tidak punya tenaga yang cukup, tetapi dia mempunyai kasih
yang tulus, itulah yang mendorong dia untuk menyusuri jalan dari rumahnya
menuju ke apotek dan berusaha keras mencari pertolongan. Ketulusan dan kasih
memberi dorongan yang kuat untuk seseorang mencari jalan keluar. Bila kita ada
masalah, biarlah kasih dan ketulusan yang memerintah hati kita, sehingga dengan
bijaksana kita akan mencari jalan keluar. Ketika Tuhan melihat bagaimana
ketulusan pikiran dan tindakan kita saat itu, disitulah mujizat akan terjadi.
Mujizat atau berkat yang kita terima saat ini, bukan sekadar untuk membuat diri
kita merasa lebih baik, tetapi izinkan orang lain juga menerima berkat-Nya
melalui hidupmu. Dan ingat, jangan hanya mengharap sebuah mujizat, tetapi
jadilah mujizat bagi orang lain. So, what do you have for the others now? Give
it! Jadilah pembuat ‘sejarah’ bagi orang lain di sekitarmu!
“Jika kamu tak bisa memberi sepotong
makna kehidupan kepada 100 orang disekitarmu, tak apa... Berilah sebuah makna
kepada 1 orang saja..”
Glenn Fredly- Terang-
Jadilah terang jangan ditempat yang terang..
Jadilah terang di tempat yang gelap..
Jadilah jawaban jangan hanya kau diam..
Jadilah jawaban diluar rumahmu..
Reff:
Oooooo… jadilah jawaban
Oooooo… jadilah terang
Jadilah garam jangan ditengah lautan..
Jadilah harapan jangan hanya berharap..
Jadilah jawaban jangan hanya ucapan..
Jadilah jawaban jangan tambahkan beban..
Kedamaian yang kita inginkan..
Hanya ada bila hati kita bersama..