Senin, 30 September 2013

Refleksi: Bunga kecil, Sang Pembuat Sejarah

Cerita ini aku pernah baca dari sebuah buku renungan anak muda “Generasi Maximal”. Ini adalah salah satu buku ajaib yang pernah aku temui, buku yang berisi tentang kisah tokoh-tokoh dunia maupun cerita fiktif yang inspiratif. Mungkin secara singkatnya begini:

“Faith is: Adventure in Trusting Him”
Sally masih berumur 8 tahun, dia anak yang polos dan lugu, layaknya anak-anak pada umumnya. Suatu ketika, dia tak sengaja mendengar pembicaraan ayah dan ibunya tentang adiknya, Georgi, yang sedang sakit keras dan mereka telah mencoba berbagai cara agar Georgi bisa sembuh. Hanya operasi dengan biaya yang sangat mahal, yang bisa membuatnya sembuh, tapi sepertinya itu adalah hal  mustahil, karena keluarga Sally adalah keluarga yang kurang mampu.

Kedua orang tuanya saat itu terlihat sangat tertekan dan putus asa. Bahkan ayah Sally sempat berbisik dengan lirih,

hanya mujizat yang bisa menyelamatkan nyawa Georgi..

Seketika itu, Sally kembali ke kamar tidurnya. Namun, apa yang dilakukannya? Ternyata sesampainya dia di kamar tidurnya, dia mengambil celengan satu-satunya yang dia punya saat ini. Ia mengambil semua uang receh yang ada didalamnya, dan kemudian menghitungnya sebanyak tiga kali!

tak boleh salah menghitung..” pikirnya dengan polos.

Kemudian setelah itu, dia membungkus semua uang recehnya itu dengan sapu tangannya dan kemudian dia menyelinap ke luar rumah untuk mencari apotek terdekat.
Sally sangat sabar menunggu apoteker yang sedang sibuk mengurusi konsumen yang lain. Terlihat apoteker itu berbicara mengenai suatu hal yang serius dengan seorang perlente.

Sabar, dan sangat sabar.

Mungkin apoteker ini merasa bahwa dia tidak ingin direpotkan oleh anak usia 8 tahun. Sally juga telah mencoba berbagai hal untuk mencuri perhatian apoteker tersebut. Menggesekkan kakinya dilantai, mondar mandir kesana kemari, berdehem beberapa kali, tapi tetap tak ada hasilnya. Lalu dia mengambil salah satu uang receh yang ada di dalam sapu tangannya, dan kemudian dia memukulkannya pada counter kaca. Kali ini dia berhasil.

“Oke, apa yang kamu inginkan dariku?” tanya apoteker itu dengan ketus karena dia merasa terganggu oleh Sally.
“Aku hendak berbicara dengan Bapak mengenai saudaraku,” jawab Sally dengan nada suara yang tinggi. “Saudaraku sakit dan aku ingin membeli mujizat. Ayahku berkata, ’hanya sebuah mujizat yang bisa menyelamatkan Georgi saat ini’ maka berapakah harga sebuah mujizat?” serunya.
“Maafkan aku,” kata apoteker itu. “Di sini kami tidak menjual mujizat, gadis kecil. Aku tidak dapat membantumu,” lanjutnya.
“Dengar, aku memiliki uang untuk membayarnya. Hanya katakan saja padaku berapa harga mujizat itu,” seru si gadis kecil itu.

Seorang parlente yang berada disampingnya membungkuk ke arah Sally dan berkata padanya, “Apa mujizat yang dibutuhkan oleh adikmu itu?”
“Aku tidak tahu,” jawab Sally. Sebutir air mata mulai mengalir di pipinya, “Aku hanya tahu adikku sakit keras dan ibu mengatakan bahwa dia perlu di operasi. Akan tetapi keluargaku tidak mampu membiayainya, tetapi aku memiliki uangku sendiri.”
“Berapa uang yang kau miliki nak?” tanya orang perlente itu.
“Satu dollar dan sebelas sen,” jawab Sally dengan bangga. “Dan itu adalah semuanya yang kumiliki di dunia ini,” lanjutnya.
“Tentu, ini semua adalah sebuah kebetulan,” jawab orang perlente itu sambil tersenyum. “Satu dollar sebelas sen adalah harga yang tepat untuk menolong seorang adik.”
Ia mengambil uang Sally dengan satu tangan, sambil tangan lain menggapai Sally sambil berkata, “Bawalah aku ke rumahmu. Aku ingin melihat adikmu dan berjumpa dengan orang tuamu.”

            Siapakah orang ini?
Ternyata orang perlente ini adalah Dr. Carlton Amstrong, salah satu ahli bedah ternama dari Chicago dan mengkhususkan diri dalam penyakit Georgi(ahli bedah syaraf), Dr. Carlton Armstrong merasa tergerak oleh belas kasihan untuk membantu operasi bedah dalam penyembuhan adik Sally. Operasi dilakukan tanpa biaya dan tak lama kemudian Georgi pulang kembali ke rumah dan keadaannya berangsur mulai sembuh.
Ayah dan ibu Sally berbicara bahagia tentang rangkaian peristiwa-peristiwa sehingga itu semua terjadi. “Operasi itu,” bisik ibu. “Bagaikan mujizat. Aku sebenarnya ingin mengetahui berapa harga biaya operasi itu yang sesungguhnya.”
Sally hanya tersenyum sendiri, karena dia mengetahui berapa harga sebuah mujizat, satu dollar sebelas sen ditambah iman seorang gadis kecil itu.

Sebuah kebijaksanaan bisa kita pelajari dari kisah nyata ini. Ketulusan dan kasih akan mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu mencari jalan keluar. Si gadis kecil Sally tidak punya uang yang cukup, tidak punya tenaga yang cukup, tetapi dia mempunyai  kasih yang tulus, itulah yang mendorong dia untuk menyusuri jalan dari rumahnya menuju ke apotek dan berusaha keras mencari pertolongan. Ketulusan dan kasih memberi dorongan yang kuat untuk seseorang mencari jalan keluar. Bila kita ada masalah, biarlah kasih dan ketulusan yang memerintah hati kita, sehingga dengan bijaksana kita akan mencari jalan keluar. Ketika Tuhan melihat bagaimana ketulusan pikiran dan tindakan kita saat itu, disitulah mujizat akan terjadi. Mujizat atau berkat yang kita terima saat ini, bukan sekadar untuk membuat diri kita merasa lebih baik, tetapi izinkan orang lain juga menerima berkat-Nya melalui hidupmu. Dan ingat, jangan hanya mengharap sebuah mujizat, tetapi jadilah mujizat bagi orang lain. So, what do you have for the others now? Give it! Jadilah pembuat ‘sejarah’ bagi orang lain di sekitarmu!

Jika kamu tak bisa memberi sepotong makna kehidupan kepada 100 orang disekitarmu, tak apa... Berilah sebuah makna kepada 1 orang saja..”

Glenn Fredly- Terang-

Jadilah terang jangan ditempat yang terang..
Jadilah terang di tempat yang gelap..
Jadilah jawaban jangan hanya kau diam..
Jadilah jawaban diluar rumahmu..
Reff:
Oooooo… jadilah jawaban
Oooooo… jadilah terang
Jadilah garam jangan ditengah lautan..
Jadilah harapan jangan hanya berharap..
Jadilah jawaban jangan hanya ucapan..
Jadilah jawaban jangan tambahkan beban..

Kedamaian yang kita inginkan..
Hanya ada bila hati kita bersama..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar